MUSAFIR-MUSAFIR PERTAMA
(Kejadian 1-3)
Hari ini kita akan memulai suatu perjalanan, katakanlah bahwa kita ini
adalah Pengembara-pengembara (Musafir) yang akan
melakukan perjalanan yang sangat
panjang. Jalan
yang akan kita tempuh ini kita namakan “Jalan Raya
Kehidupan.”
Jalan tersebut berawal dari Taman Eden saat kehidupan manusia dimulai dan berakhir pada suatu “Kerajaan” dimana
kehidupan manusia di bumi akan diakhiri.
Setiap orang yang mengadakan perjalanan selalu membutuhkan peta atau penunjuk jalan. Dalam perjalanan ini kita
mendapatkan buku penuntun dari Allah Pencipta. Buku penuntun ini akan menuntun kita karena ini adalah Firman-Nya yaitu “ALKITAB”
(Maz.119:105; 48:14). Kita akan membutuhkannya dan menggunakannya
sepanjang pengembaraan ini.
Selama berjalan pada jalan raya kehidupan, kita akan
bertemu dengan banyak musafir. Kita akan menyaksikan ada diantara mereka yang berjalan menurut
jalan Tuhan dan ada yang menurut jalannya sendiri. Mereka semua berjalan berdampingan sampai
hari penghakiman. Setiap orang yang berjalan dalam jalan raya kehidupan ini
harus memilih jalan mana yang harus ditempuhnya. Sifat
musafir seperti ini menyatakan kebenaran
Alkitab yang berkata bahwa ada
jalan yang disangka orang lurus tetapi ujungnya menuju maut (Amsal 14:12).
Karena
perjalanan ini sangat panjang maka setiap orang yang akan mengadakan perjalanan haruslah mengetahui hukum-hukum lalu lintas. Dalam perjalanan ini kita
akan menemukan bahwa hukum-hukum lalu lintas Allah pada suatu waktu dan tempat
berbeda dengan hukum-hukum lalu lintas pada waktu dan tempat yang lain. Hukum-hukum
yang berlaku pada waktu dan tempat kita sekarang ini sangatlah berbeda dengan hukum-hukum yang
berlaku pada dan tempat dimana Adam dan Hawa hidup.
Dalam jalan raya kehidupan ini, waktu dan tempat dimana kita hidup sekarang
ini ditandai dengan “Lapangan terbang Anugerah Atau
Bandar Udara Anugerah.”
Mari kita kembali pada awal kita memulai pengembaraan kita. Anggaplah bahwa kita
sekarang berada di Taman Eden yang permai dan disini kita melihat Adam dan Hawa.
Kita membuka
Buku Penuntun kita untuk melihat hal apa saja yang terjadi pada musafir-musafir yang pertama ini.
Kepada keduanya telah diberikan hukum-hukum
khusus. Perhatikan Kejadian
2:16,17, mereka tidak boleh makan dari
pohon yang dinamakan “Pohon pengetahuan baik dan jahat.”
Saat itu segala sesuatu berjalan lancar sampai tiba suatu hari ketika si Pencoba yaitu Iblis, musuh besar
Allah dan manusia datang ke Taman Eden. Dia bertanya tentang perintah Tuhan dan memutarbalikkannya sehingga Hawa menjadi lebih mempercayainya daripada mempercayai Allah. Hawa melihat dan makan dari buah pohon itu
serta memberikan kepada Adam untuk dimakan bersama. Setelah
mereka memakannya celiklah mata
mereka terhadap dosa, tampaklah pada mereka bahwa sekarang telah telanjang di hadapan Allah dan
mereka menjadi sangat takut. Mereka telah berdosa dan telah memilih jalan kematian. Kematian (mati) berarti terpisah dari
Allah (mati di sini adalah mati secara rohani). Kematian ialah upah dari dosa.
Mereka kemudian membuat dan memakai cawat dari daun-daunan dan bersembunyi. Sementara keduanya bersembunyi di balik pepohonan, Allah datang mencari
mereka karena kasih-Nya kepada mereka dan juga untuk menjatuhkan hukuman atas
dosa yang telah mereka lakukan.
Ia meletakkan kutuk-Nya atas si ular, atas wanita, atas pria dan atas bumi
(Kej. 3:14-24).
Berbarengan dengan kutukan itu Allah yang penuh dengan kasih dan rahmat juga telah menjanjikan
seorang Penakluk
yang pada suatu hari akan datang untuk menaklukkan dosa dan maut serta
meremukkan kepala sang Ular.
Dalam 1 Korintus 15:21, 45,47, Dia disebut sebagai Adam yang terakhir yaitu Yesus Kristus.
Melalui kematian-Nya di kayu salib, dosa dan maut telah ditaklukkan.
Allah menyembelih seekor binatang yang tidak bersalah dan menumpahkan darahnya. Kulitnya diberikan kepada Adam dan Hawa untuk
menutupi ketelanjangan mereka (Kej. 3:21). Ini sedang menunjukkan
bahwa dosa hanya bisa diselubungi
oleh pekerjaan Allah.
Kisah tentang musafir-musafir pertama ini adalah kisah tentang pendosa pertama. Dosa masuk melalui Adam sehingga
setiap orang yang dilahirkan ke dunia
ini telah dilahirkan sebagai pendosa dan telah dibelenggu oleh dosa. Semuanya
telah menjadi pengikut Adam (Roma 5:12-14). Dan karena
upah dosa ialah maut, maka itu berarti semua
manusia telah tercelaka menuju maut.
Kita yang hidup pada Zaman Anugerah ini adalah
keturunan Adam maka kita juga telah
terhitung sebagai pendosa ketika Adam berbuat dosa. Tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal
melalui Yesus Kristus Tuhan kita. Dan seperti pekerjaan Adam dan Hawa (membuat
cawat dari daun-daunan) tidak mendapat perkenanan Tuhan Allah begitu juga dengan pekerjaan kita yang hidup
sesudah mereka sekarang ini. Kita tidak dapat
menyelamatkan nyawa kita dengan perbuatan baik kita.
Pula seperti halnya seekor binatang tidak berdosa telah dikorbankan untuk
menutupi dosa Adam dan Hawa maka Domba
Allah yaitu Tuhan
Yesus Kristus juga telah mati untuk menghapus dosa setiap orang percaya dan yang menerima Dia sebagai
Juruselamat pribadi. Keselamatan hanya ada dalam Tuhan
Yesus.
Pilihan mana yang telah kita
ambil, apakah sedang berjalan pada
jalan Allah dengan Kristus sebagai penyelamat pribadi ataukah masih berada pada
jalan yang kelihatan benar tetapi menuju pada maut? Keputusan Allah terhadap kita hanyalah tergantung pada keputusan kita sendiri. Apakah kita memilih untuk
mengusahakan keselamatan melalui pekerjaan sendiri atau memilih penghapus dosa
melalui karya Yesus Kristus?
Ayat hafalan:
Roma 6:23
Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal
dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
No comments:
Post a Comment