Monday, June 9, 2014

Jalan Raya Kehidupan 6

Pelajaran 6
BERJALAN DI ATAS JALAN PERJANJIAN
(Kejadian 12-22)


Apakah kita setia pada janji kita? Mungkin tidak. Tetapi Tuhan selalu setia. Ada satu hal yang Allah tidak dapat lakukan, yaitu  “berdusta”.  Allah tidak dapat berdusta, walaupun mungkin sudah beratus tahun Ia menyatakan sesuatu,  pernyataan-Nya tersebut pasti akan tetap Dia tepati (Ibr. 6:13-18).

Ingatkah kita pada janji Allah kepada Adam dan Hawa pada awal Jalan Raya kehidupan ini? (Kej. 3:15). Ia berjanji bahwa Ia akan mengirimkan seorang penakluk setan. Tetapi sekarang apa yang dapat dilakukan-Nya? Semua bangsa telah menyimpang ke jalan dosa, dan pada Jalan Raya Kehidupan ini satu garis kesucian pun sudah tidak ada lagi. Kelihatannya setan sudah memenangkan pertarungan.

Marilah kita kembali ke persimpangan jalan ketika manusia memilih mengkuti jalannya sendiri dan melihat apa yang terjadi.

Allah melihat ke bawah, menatap Jalan Raya Kehidupan dan memilih seorang laki-laki bernama Abram untuk melaksanakan maksud-Nya. Abram adalah seorang kafir (penyembah berhala) ketika Allah berbicara kepadanya di tanah Ur Kasdim (Yos. 24:2). Mendengar suara Allah Abram percaya kepada Allah dan hal itu diperhitungkan sebagai kebenaran (Roma 4:3). Allah berjanji bahwa Abram akan menjadi suatu bangsa yang besar, termasyur dan melalui dia semua bangsa akan diberkati (Kej. 12:1-3). Untuk itu Allah menjanjikan dia seorang anak laki-laki (Kej. 15:2-6) .

Waktu pun berlalu dan Abraham (namanya telah berubah Kej. 17:4,5) serta Sarah isterinya telah menjadi sangat tua. Dalam keadaan sangat tua fisiknya tidak mungkin lagi untuk melahirkan seorang anak. Tetapi Allah tetap tidak melupakan janji-Nya. Setelah menunggu kurang lebih 25 tahun lahirlah Ishak. Dalam menanti itu Allah juga menguji Abraham dan Abraham telah lulus dalam ujian itu. Abraham tidak bimbang terhadap janji Allah (Rom 4:20).

Ishak pun menjadi seorang pemuda yang baik. Kemudian datanglah hari dimana Allah akan memberikan Abraham satu ujian yang paling besar daripada segala ujian untuk mengetahui apakah Abraham lebih mengasihi Dia atau Ishak  anaknya.  Berfirmanlah Tuhan kepada Abraham, “Ambilah anak yang tunggal itu” (Kej. 22:2). Ujian ini merupakan ujian yang sangat sulit untuk ditempuh, tetapi Alkitab kemudian menceritakan bahwa Abraham tetap mengingat janji Allah yaitu bahwa melalui benihnya dunia akan diberkati. Ia juga yakin bahwa Tuhan dapat membangkitkan Ishak dari kematian apabila nafasnya telah dipisahkan darinya (Ibr. 11:19).

Abraham mengulurkan tangannya mengambil pisau untuk menyembelih anaknya, tetapi berserulah malaikat Tuhan  kepadanya, “Abraham...jangan bunuh anak itu dan jangan kau apa-apakan dia. Telah Ku ketahui sekarang bahwa engkau takut akan Allah dan engaku tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku” (Kej. 22:10-12). Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut pada semak belukar. Dia mengambil domba tersebut menjadi pengganti Ishak. Abraham menamakan tempat itu sebagai “Yehova Jireh” yang artinya Tuhan menyediakan.

Apakah ujian yang Allah berikan ini terlalu berat? Ya. Tetapi sesungguhnya melalui ujian itu Allah telah menunjukkan kepada kita dua kebenaran yang benar-benar indah. Ia telah memberikan kita semua gambaran tentang besarnya kasih-Nya kepada kita dengan memberikan anak-Nya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus mati di kayu salib bagi dosa-dosa kita. Anak domba mati ganti Ishak; Kristus anak domba Allah telah mati ganti kita (Yoh.1:29).

Ishak adalah gambaran tentang kebangkitan sebagaimana Kristus juga telah bangkit dari kematian-Nya. Ishak patuh pada ayahnya ketika Abraham membawanya ke atas gunung untuk disembelih di atas mezbah. Kristus pun telah menempuh segala jalan ini melalui kematian untuk membayar segala hutang dosa. Ia telah menjadi anak domba atau “korban dosa” bagi Allah.

Allah membuktikan kepada kita kasih setia-Nya dalam memenuhi janji-Nya. Ujian terhadap Abraham telah memberikan kita pelajaran yang indah (Roma 4:16-25). Kita yang percaya kepada Allah dan menerima pembenaran (Roma 4:5), kita harus percaya bahwa Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita dan Dia telah bangkit dari kematian-Nya. Dan iman kita dapat dibuktikan melalui apa yang kita kerjakan.

Bahkan sebagaimana Abraham telah menerima pahala yang besar ditambahkan dengan janji-janji-Nya yang lain setelah dia teguh dalam ujian itu (Kej. 22:15-18), kita juga telah menerima janji yang terkandung dalam Kristus ketika kita percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat pribadi (Roma 8:28-39)


Ayat Hafalan:
Roma 4:20-21

Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidak percayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.

No comments:

Post a Comment