Pelajaran 6
BERJALAN DI ATAS
JALAN PERJANJIAN
(Kejadian 12-22)
Apakah kita setia pada janji kita? Mungkin tidak. Tetapi Tuhan selalu setia. Ada satu hal yang Allah tidak dapat
lakukan, yaitu “berdusta”. Allah tidak dapat berdusta, walaupun
mungkin sudah beratus tahun Ia menyatakan sesuatu, pernyataan-Nya tersebut pasti
akan tetap Dia tepati
(Ibr. 6:13-18).
Ingatkah kita pada janji Allah kepada Adam dan Hawa
pada awal Jalan Raya kehidupan ini? (Kej. 3:15). Ia berjanji bahwa Ia akan
mengirimkan seorang penakluk setan. Tetapi sekarang apa yang dapat
dilakukan-Nya? Semua
bangsa telah menyimpang ke jalan dosa, dan pada Jalan Raya Kehidupan ini satu garis kesucian pun
sudah tidak ada lagi.
Kelihatannya setan sudah memenangkan pertarungan.
Marilah kita kembali ke
persimpangan jalan ketika
manusia memilih mengkuti jalannya sendiri dan melihat apa yang terjadi.
Allah melihat ke bawah, menatap Jalan Raya
Kehidupan dan memilih seorang laki-laki bernama Abram untuk melaksanakan
maksud-Nya. Abram adalah seorang kafir (penyembah berhala) ketika Allah berbicara kepadanya di tanah Ur Kasdim (Yos. 24:2). Mendengar suara Allah Abram
percaya kepada Allah dan hal itu diperhitungkan sebagai kebenaran (Roma 4:3). Allah berjanji bahwa Abram
akan menjadi suatu bangsa yang besar, termasyur dan melalui dia semua bangsa
akan diberkati (Kej. 12:1-3).
Untuk itu Allah menjanjikan dia seorang anak laki-laki (Kej. 15:2-6) .
Waktu pun berlalu dan
Abraham (namanya telah berubah Kej. 17:4,5) serta Sarah isterinya telah menjadi
sangat tua. Dalam keadaan sangat tua fisiknya tidak mungkin lagi untuk
melahirkan seorang anak. Tetapi Allah tetap tidak melupakan janji-Nya. Setelah menunggu kurang lebih
25 tahun lahirlah Ishak. Dalam menanti itu Allah juga menguji Abraham dan
Abraham telah lulus dalam ujian itu. Abraham tidak bimbang terhadap janji Allah (Rom 4:20).
Ishak pun menjadi
seorang pemuda yang baik. Kemudian datanglah hari dimana Allah akan memberikan
Abraham satu ujian yang paling besar daripada segala ujian untuk mengetahui apakah Abraham lebih
mengasihi Dia atau Ishak anaknya. Berfirmanlah Tuhan kepada Abraham,
“Ambilah anak yang tunggal itu” (Kej. 22:2). Ujian ini merupakan ujian yang
sangat sulit untuk ditempuh, tetapi Alkitab kemudian menceritakan bahwa Abraham
tetap mengingat janji Allah yaitu bahwa melalui benihnya dunia akan diberkati. Ia juga yakin bahwa Tuhan dapat
membangkitkan Ishak dari kematian apabila nafasnya telah dipisahkan darinya
(Ibr. 11:19).
Abraham mengulurkan
tangannya mengambil pisau untuk menyembelih anaknya, tetapi berserulah malaikat
Tuhan kepadanya, “Abraham...jangan bunuh
anak itu dan jangan kau apa-apakan dia. Telah Ku ketahui sekarang bahwa engkau
takut akan Allah dan engaku tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang
tunggal kepada-Ku” (Kej. 22:10-12). Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut pada
semak belukar. Dia mengambil
domba tersebut menjadi pengganti Ishak. Abraham menamakan tempat itu
sebagai “Yehova Jireh” yang artinya Tuhan menyediakan.
Apakah ujian yang Allah
berikan ini terlalu berat? Ya. Tetapi sesungguhnya melalui ujian itu Allah
telah menunjukkan kepada kita dua kebenaran yang benar-benar indah. Ia telah memberikan kita
semua gambaran tentang besarnya kasih-Nya kepada kita dengan memberikan
anak-Nya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus mati di kayu salib bagi dosa-dosa
kita. Anak domba mati ganti Ishak; Kristus anak domba Allah telah mati ganti
kita (Yoh.1:29).
Ishak adalah gambaran
tentang kebangkitan sebagaimana Kristus juga telah bangkit dari kematian-Nya.
Ishak patuh pada ayahnya ketika Abraham membawanya ke atas gunung untuk
disembelih di atas mezbah. Kristus pun telah menempuh segala jalan ini melalui
kematian untuk membayar segala hutang dosa. Ia telah menjadi anak domba atau
“korban dosa” bagi Allah.
Allah membuktikan
kepada kita kasih setia-Nya dalam memenuhi janji-Nya. Ujian terhadap Abraham
telah memberikan kita pelajaran yang indah (Roma 4:16-25). Kita yang percaya
kepada Allah dan menerima pembenaran (Roma 4:5), kita harus percaya bahwa
Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita dan Dia telah bangkit dari kematian-Nya.
Dan iman kita dapat dibuktikan melalui apa yang kita kerjakan.
Bahkan sebagaimana
Abraham telah menerima pahala yang besar ditambahkan dengan janji-janji-Nya
yang lain setelah dia teguh dalam ujian itu (Kej. 22:15-18), kita juga telah menerima janji yang
terkandung dalam Kristus ketika kita percaya dan menerima Dia sebagai
Juruselamat pribadi (Roma 8:28-39)
Ayat Hafalan:
Roma 4:20-21
Tetapi terhadap janji
Allah ia tidak bimbang karena ketidak percayaan, malah ia diperkuat dalam
imannya dan ia memuliakan Allah dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk
melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
No comments:
Post a Comment